Meragukan
atau tidak mempercayai adanya balasan pahala dari Allah bisa menggelincirkan
iman. Seandainya tidak ada pahala, apa artinya Allah menciptakan syurga.? Dan,
apa tujuan dari perintah Allah untuk melakukan kebajikan dan menjauhi
larangan-Nya.? Bukankah Allah sering menjanjikan terhadap orang yang bertaqwa
akan diberi pahala dan syurga di akhirat kelak. Allah adalah dzat sebaik-baik
pemberi balasan, hal ini telah dikatakan oleh Al-Qur’an yang artinya “Dia adalah sebaik-baik pemberi pahala dan
sebaik-baik pemberi balasan (Al-Kahfi : 44)”.
Org yang
tidak mempercayai adanya pahala adlah orang kurang mengerti terhadap ajaran
agamanya secara baik, hingga ia membiarkan hawa nafsunya mengusai dirinya, yang
membuat mata hatinya buta terhadap kebenaran. Menurutnya pahala adalah
menikamati semua kemewahan duniawi, sedangkan neraka adalah kehidupan yang
melarat, meronta-ronta dengan segala bentuk kesengsaraan hidup didunia.
Orang yang
pola pikirnya demikian menganggap bahwa ajaran agama itu tidak lebih itu tidak
lebih dari upacara-upacara ritual belaka. Dan, inilah car berpikirnya orang
yang metarialistis.
Jikalau
pahala itu hanya bertumbuh pada kenikmatan duniawi semata, pasti pasti akan
menyeret semua orang untuk berlomba-lomba mencari kenikmatan dan kemewahan hidup
didunia dengan segala cara, bila perlu tipu daya dan kejahatan di tempuh dari
memperoleh kesenangan hidup. Keadaan ini bisa menjerumuskan manusia hidup dalam
alam rimba, siapa yang kuat dialah yang menang, dan siapa yang lemah yang
menjadi mangsa. Jika sudah demikian, maka harkatdan martabat manusia jatuh
seperti binatang, tidak mengenal rasa belas kasihan, saling menerkam, saling
menganiaya, bahkan sampai saling bunuh.
Dari uraian
di atas dapat disimpukan, bahwa meyakini adanya pahala di akhirat kelak dapat
memberikan sepirit bagi manusia untuk melakukan kebajikan dan menjauhi segala
macam bentuk kejahatan selama didunianya. Sebab setiap individu meyakini kalau
berbuat baik akan memperoleh pahala di akhirat.
Allah akan
memberikan pahala kepada hamba-Nya yang melakukan amal kebajikan tanpa membedakan jenis
kelamin, status sosial, derajat dan kedudukan, meskipun amal kebajikan yang
dikerjakan itu kecil sekali seperti atom, semua itu akan dapat dilihat balasan
pahalanya. Seperti yang ternukil dalam Al-Qur’an berikut ini yang artinya “Maka barang siapa yang berbuat kebajikan,
meskipun sebesar biji dzarrah (biji sawit) niscahaya ia akan melihat
(balasannya), (Al-Zilzalah : 7)”
Jelas sudah
bahwa pahala itu ada dan akan diberikan oleh Allah, kepada orang yang dikehendakinya.
Sedangkan bagi orang yang meragukan atau tidak mempercayai adanya pahala sama
halnya mendustakan Allah sebagi Dzat yang menjanjikan adanya pahala. Dengan
demikian keraguan tersebut dapat mencopot keimanannya.
http://ihsanwestley1.blogspot.com/
http://ihsanwestley1.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment